PENGERTIAN
DAN HAKIKAT IPS DALAM PROGRAM PENDIDIKAN
A.
Pentingnya
IPS Dalam Program Pendidikan Dan Pengertian IPS
Pada abad ke-20 ditandai
dengan terjadinya perkembangan pesat pada berbagai bidang kehidupan,
seperti timbulnya ledakan penduduk, ledakan ilmu pengetahuan, dan
ledakan teknologi. Hal tersebut menimbulkan berbagai masalah di dalam masyarakat
seperti:
1. Permasalahan yang menyangkut pengorganisasian antara lain di
bidang pemerintahan, perundang-undangan, pendidikan, penyediaan keperluan
hidup, kesehatan, dan kesejahteraan.
2. Ketegangan-ketegangan di dalam masyarakat baik dalam arti psikis
maupun fisik (Misalnya keseimbangan lingkungan, polusi, dan masalah lalu
lintas).
3. Masalah pertentangan dan kekaburan nilai.
Akibat dari hal-hal tersebut
terjadi gejala kehilangan pandangan menyeluruh, timbulnya spesialisasi yang
makin intensif di bidang ilmu pengetahuan, misalnya mengakibatkan
ketidakpastian diri, terampas rasa identitas individu, kehilangan nilainilai
sosial dan tujuan etis. Mata pelajaran IPS diperlukan sebagai:
1. Pengalaman hidup masa lampau dengan situasi sosialnya yang labil
memerlukan masa depan yang mantap dan utuh sebagai suatu bangsa yang bulat.
2. Laju perkembangan kehidupan, teknologi, dan budaya Indonesia
memerlukan kebijakan pendidikan yang seirama dengan laju itu.
3. Agar output persekolahan benar-benar lebih cocok dan sesuai serta
bermanfaat.
4. Setiap orang akan dan harus terjun ke dalam kancah kehidupan
masyarakat. Oleh sebab itu perlu disiapkan ilmu khusus, yaitu IPS.
|
Dilihat dari pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana dunia pendidikan selalu tertinggal
dibandingkan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, maka IPS diperlukan
sebagai wadah ilmu pengetahuan yang mengharmoniskan laju perkembangan ilmu dan
kehidupan dalam dunia pengajaran.
Sebab IPS mampu melakukan
lompatan-lompatan ilmu secara konsepsional untuk kepentingan praktis kehidupan
yang baru, sesuai dengan perkembangan jaman. IPS oleh para pendirinya secara
sengaja diciptakan dan dibina ke arah menuntun generasi muda mampu hidup dalam
alamnya (jaman dan lingkungannya) dengan bekal pengetahuan yang baru.
Karena IPS diarahkan
demikian, maka susunan konsep-konsep dalam IPS sungguh sangat kompleks dan
bervariasi dari berbagai cabang ilmu sosial. Tuntutan dan persoalan kehidupan
praktis adalah buah dari lajunya pengetahuan dan teknologi yang menarik lajunya
kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, IPS mau tak mau harus berorientasi pada
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.
Demikianlah sekedar gambaran
yang melatarbelakangi eksistensinya pelajaran IPS di negara kita. Keberhasilan
pengajaran sangat tergantung kepada “ketepatan pilihan dan susunan dari
konsep-konsep IPS, pendekatan, orientasi program dan pengajarannya serta
tingkat inovatifnya para guru IPS itu sendiri.
B. HAKIKAT DAN
TUJUAN IPS
IPS merupakan perwujudan
dari satu pendekatan interdisipliner dari pelajaran ilmu-ilmu sosial. Ia
merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial antara lain:
Sosiologi, Antropologi Budaya, Sejarah, Psikologi Sosial, Geografi, Ekonomi,
Politik, dan Ekologi. IPS berusaha mengintegrasikan materi dari berbagai ilmu
sosial dengan menampilkan permasalahan sehari-hari masyarakat di sekitarnya.
IPS merupakan aspek penting dari ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan diadaptasikan
untuk digunakan dalam pengajaran di sekolah.
IPS bukan ilmu sosial, sungguhpun bidang perhatiannya
sama yaitu hubungan timbal balik di kalangan manusia. IPS hanya terdapat pada
program pengajaran sekolah semata-mata. Ilmu-ilmu sosial dipolakan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan manusia misalnya melalui penelitian, penemuan,
atau eksperimen. IPS dipolakan untuk tujuan-tujuan pembelajaran dengan materi
sesederhana mungkin, menarik, mudah dimengerti, dan mudah dipelajari.
IPS dalam dunia pendidikan
dasar di negara kita muncul bersamaan dengan diberlakukannya kurikulum SD, SMP
dan SMU tahun 1975. Dilihat dari sisi keberlakuannya, IPS disebut sebagai bidang
studi “baru”, karena cara pandangnya bersifat terpadu. Hal tersebut mengandung
arti bahwa IPS bagi pendidikan dasar dan menengah merupakan hasil perpaduan
dari mata pelajaran geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah,
antropologi, psikologi, dan sosiologi. Perpaduan ini disebabkan mata pelajaran
tersebut memiliki objek material kajian yang sama yaitu manusia.
1.
Ilmu Sosial
(Social Science)
Achmad Sanusi memberikan batasan tentang ilmu Sosial (Saidihardjo, 1996:2)
sebagai berikut “Ilmu sosial terdiri dari disiplin-disiplin ilmu pengetahuan
sosial yang bertaraf akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan
tinggi yang makin lanjut dan makin ilmiah”. Sedangkan menurut Gross (Kosasih
Djahiri, 198:1), ilmu sosial merupakan disiplin intelektual yang mempelajari
manusia sebagai makhluk sosial secara ilmiah serta memusatkan pada manusia
sebagai anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyarakat yang ia bentuk.
Oleh karena itu ilmu sosial adalah
ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai
anggota masyarakat.
2.
Studi
Sosial (Social Studies)
Berbeda dengan ilmu sosial,
studi sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin
akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian
tentang gejala dan masalah sosial. Dalam kerangka kerja pengkajiannya,
studi sosial menggunakan bidang-bidang keilmuan termasuk ilmu sosial.
Tentang studi sosial ini Achmad Sanusi (1971:18) memberikan penjelasan bahwa,
studi sosial tidak selalu bertaraf akademis universitas, bahkan merupakan bahan-bahan
pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar. Selanjutnya studi sosial dapat berfungsi
sebagai pengantar kepada disiplin ilmu sosial bagi pendidikan lanjutan atau
jenjang berikutnya. Studi sosial bersifat interdisipliner dengan menetapkan
pilihan masalah-masalah tertentu berdasarkan sesuatu referensi dan meninjaunya
dari beberapa sudut sambil mencari logika dari hubungan-hubungan yang ada satu
dengan lainnya.
3. Ilmu
Pengetahuan Sosial
Sebenarnya IPS berinduk
kepada ilmu-ilmu sosial, dengan pengertian bahwa teori, konsep, prinsip yang
diterapkan pada IPS adalah teori, konsep dan prinsip yang ada dan berlaku pada
ilmu-ilmu sosial. Ilmu sosial dengan bidang keilmuannya dipergunakan untuk melakukan
pendekatan, analisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang
dilaksanakan pada pengajaran IPS. Alasan mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan dasar
dan menengah adalah sebagai berikut.
a. Agar siswa dapat mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau
kemampuan yang telah dimiliki menjadi lebih bermakna.
b. Agar siswa dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah
sosial secara rasional dan bertanggung jawab.
c. Agar siswa dapat mempertinggi toleransi dan persaudaraan di
lingkungan sendiri dan antarmanusia.
Jadi IPS adalah ilmu
pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu
sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan
dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.
Persamaan
dari Ilmu-Ilmu Sosial dengan Ilmu Pengetahuan Sosial dapat dilihat dari segi ruang lingkup keduanya. Ilmu-ilmu Sosial terkait
dengan hal-hal yang berkenaan dengan manusian dan kehidupannya, meliputi semua
aspek kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat, begitu juga dengan Ilmu
Pengetahuan Sosial terkait dengan hal-hal yang berkenaan dengan manusian dan
kehidupannya, meliputi semua aspek kehidupan manusia sebagai anggota
masyarakat.
Perbedaan
dari Ilmu-Ilmu Sosial dengan Ilmu Pengetahuan Sosial dapat dilihat dari
pengertiannya, pendekatannya, obyeknya, tujuannya, dan tempat pembelajarannya.
1. Dilihat dari
pengertiannya, Ilmu-ilmu Sosial adalah
semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau
semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat,
sedangkan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang mempelajari,
menelaah, dan menganalisa gejala masalah sosial di masyarakat, ditinjau dari
berbagai aspek kehidupan.
2. Dilihat dari
pendekatannya, Ilmu-ilmu Sosial
menggunakan pendekatan disipliner / separated,
sedangkan Ilmu Pengetahuan Sosial menggunakan pendekatan terpadu / integrated.
3. Dilihat dari obyeknya, Ilmu-ilmu Sosial mempelajari aspek-aspek kehidupan manusia yang
dikaji secara terlepas sesuai dengan bidang studi keilmuannya, sehingga
melahirkan teori baru, sedangkan Ilmu Pengetahuan Sosial mempelajari
aspek-aspek kehidupan manusia yang dikaji secara satu kesatuan gejala sosial
atau makhluk sosial dan tidak melahirkan teori baru.
4. Dilihat dari tujuannya, Ilmu-ilmu Sosial bertujuan untuk menciptakan tenaga ahli untuk
setiap bidang ilmu sosial dan penemuan-penemuan teori baru, sedangkan Ilmu
Pengetahuan Sosial bertujuan untuk membentuk warga negara yang berkemampuan
sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri diantara atau ditengah-tengah
kekuatan baik fenomena fisik maupun sosial.
5. Dilihat dari tempat
pembelajarannya, Ilmu-ilmu Sosial dipelajari
dan dikembangkan pada tingkat perguruan
tinggi, sedangkan Ilmu Pengetahuan Sosial dipelajari dan dikembangkan pada
tingkat sekolah dasar sampai tingkat perguruan tinggi.
1.
Hakikat IPS
Hakikat dari IPS terutama jika disorot dari anak didik
adalah sebagai pengetahuan yang akan membina para generasi muda belajar ke arah
positif yakni mengadakan perubahan-perubahan sesuai kondisi yang diinginkan
oleh dunia modern atau sesuai daya kreasi pembangunan serta prinsip-prinsip
dasar dan sistem nilai yang dianut masyarakat serta membina kehidupan masa
depan masyarakat secara lebih cemerlang dan lebih baik untuk kelak diwariskan
kepada turunannya secara lebih baik.
IPS sebagai program pendidikan, ruang lingkupnya sama yakni berhubungan
dengan manusia sebagai anggota masyarakat dan dilengkapi dengan nilai-nilai
yang menjadi karakteristik program pendidikannya. Untuk itu IPS sebagai program
pendidikan tidak hanya terkait dengan nilai tapi wajib
mengembangkan nilai tersebut. Nilai-nilai yang wajib dikembangkan oleh IPS
sebagai program pendidikan meliputi nilai edukatif, nilai praktis,
nilai teoritis, nilai filsafat dan nilai ketuhanan.
Dengan membina dan mengembangkan nilai-nilai tadi,
kita sangat mengharapkan “terciptanya” SDM Indonesia yang memiliki pengetahuan,
keterampilan, kepedulian, kesadaran dan tanggung jawab sosial yang tinggi
terhadap masyarakat, bangsa serta negara. Perkembangan kehidupan sosial hari
ini dan terutama di masa yang akan datang, menuntut SDM yang demikian.
2.
Tujuan IPS
Tujuan mempelajari ilmu
pengetahuan sosial di Indonesia untuk Memberikan pengetahuan yang
merupakan kemampuan untuk mengingat kembali atau mengenal kembali atau
mengenal ide-ide atau penemuan yang telah dialami dalam bentuk yang sama
atau dialami sebelumnya. Kemampuan dan keterampilan, yaitu kemampuan
untuk menemukan informasi yang tepat dan teknik dalam pengalaman seorang
siswa untuk menolongnya memecahkan masalah-masalah baru atau menghadapi
pengalaman baru.
Tujuan yang bersifat
afektif, berupa pengembangan sikap-sikap, pengertian-pengertian dan
nilai-nilai yang akan meningkatkan pola hidup demokratis dan menolong siswa mengembangkan
filsafat hidupnya.
Tujuan pengajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), secara umum dikemukakan oleh Fenton (1967), adalah
mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik, mengajar anak didik
agar mempunyai kemampuan berpikir dan dapat melanjutkan kebudayaan bangsa,
Sedangkan Clark dalam bukunya, Social Studies in Secondary
School, A Hand Book (1973) menyatakan bahwa studi social menitikberatkan
pada perkembangan individu yang dapat memahami lingkungan sosialnya, manusia
dengan segala kegiatannya dan interaksi antarmereka. Dalam hal ini anak didik
diharapkan dapat menjadi anggota yang produktif, berpartisipasi dalam masyarakat
yang merdeka, mempunyai rasa tanggung jawab, tolong menolong dengan sesamanya,
dan dapat mengembangkan nilai-nilai dan ide-ide dari masyarakatnya (Thamrin
Talut, 1980: 2).
Jadi tujuan utama pengajaran
Social Studies (IPS) adalah untuk memperkaya dan mengembangkan
kehidupan anak didik dengan mengembangkan kemampuan dalam lingkungannya dan
melatih anak didik untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat yang demokratis,
serta menjadikan negaranya sebagai tempat hidup yang lebih baik.
Mengingat hakikat IPS
merupakan perpaduan pengetahuan dari pengetahuan dari ilmu-ilmu sosial dan
harus mencerminkan sifat interdisipliner, maka tujuan kurikuler pengajaran IPS
yang harus dicapai sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut:
1. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis,
dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan
di masyarakat.
2. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi,
menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat.
3. Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama
warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian.
4. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif
dan keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan integralnya.
5. Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan
dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, perkembangan masyarakat,
perkembangan ilmu dan teknologi (Nursid Sumaatmadja, 1980: 48).
Jadi bahan kajian IPS
bukanlah hal yang bersifat hafalan belaka, melainkan konsep dan generalisasi
yang diambil dari analisis tentang manusia dan lingkungannya. Pengetahuan yang
diperoleh dengan pengertian dan pemahaman akan lebih fungsional. Perolehan pengetahuan
dan pemahaman yang telah dimiliki siswa diharapkan dapat mendorong tindakan
yang berdasarkan nalar, selanjutnya dapat diterapkan dalam kehidupannya. Nilai
dan sikap merupakan hal yang penting dalam ranah afektif, terutama nilai dan
sikap terhadap masyarakat dan kemanusiaan. Sebagai contohnya menghargai
martabat manusia dan peka terhadap perasaan orang lain, lebih-lebih lagi nilai
dan sikap terhadap negara dan bangsa.
C.
Ruang
Lingkup IPS Sebagai Program Pendidikan
Ruang lingkup IPS tidak lain
menyangkut kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat atau manusia
dalam konteks sosial. Selanjutnya IPS sebagai program pendidikan, ruang
lingkupnya sama yakni berhubungan dengan manusia sebagai anggota
masyarakat dan dilengkapi dengan nilai-nilai yang menjadi karakteristik program
pendidikannya. Untuk itu IPS sebagai program pendidikan tidak hanya terkait
dengan nilai tapi wajib mengembangkan nilai tersebut.
Ruang lingkup IPS sebagai pengetahuan,
pada pokoknya adalah kehidupan manusia di masyarakat atau manusia dalam konteks
sosial. Ditinjau dari aspek-aspeknya, ruang lingkup tersebut meliputi hubungan
sosial, ekonomi, psikologi sosial, budaya, sejarah, geografi dan aspek politik,
dan ruang lingkup kelompoknya, meliputi keluarga, rukun tetangga, rukun kampung,
warga desa, organisasi masyarakat, sampai ke tingkat bangsa. Ditinjau dari ruangnya,
meliputi tingkat lokal, regional sampai ke tingkat global.
Sedangkan dari proses
interaksi sosialnya, meliputi interaksi dalam bidang kebudayaan, politik, dan ekonomi.
Tiap unsur yang menjadi subsistem dari ruang lingkup tersebut, berkaitan satu
sama lain sebagai cerminan kehidupan sosial manusia dalam konteks masyarakatnya.
Dengan demikian, ruang lingkup itu tidak hanya luas cakupannya, juga meliputi
aspek dan unsur yang besar kuantitasnya. Untuk menyesuaikan lingkup tersebut
dengan jenjang pendidikan dan tingkat kemampuan peserta didik. Maka selaku guru
IPS, wajib melakukan seleksi, baik berkenaan dengan aspek maupun berkenaan
dengan ruang dan permasalahannya.
Seperti telah dikemukakanterdahulu,
IPS sebagai program pendidikan, tidak sekedar terkait dengan nilai, bahkan
justru wajib mengembangkan nilai tersebut. Dengan membina dan mengembangkan
nilai-nilai (seperti nilai edukatif, nilai praktis, nilai teoritis, nilai
filsafat dan nilai ke-Tuhanan.), kita sangat mengharapkan “terciptanya’ SDM
Indonesia yang memiliki pengetahuan, keterampilan, kepedulian, kesadaran dan
tanggung jawab sosial yang tinggi terhadap masyarakat, bangsa serta negara.
Perkembangan kehidupan sosial hari ini dan terutama di masa yang akan datang,
menuntut SDM yang demikian.
Selanjutnya marilah kita
rinci nilai-nilai itu sebagai berikut:
1. Nilai Edukatif
Salah satu tolok ukur
keberhasilan pelaksanaan pendidikan IPS, yaitu adanya perubahan
perilaku sosial peserta didik ke arah yang lebih baik, perilaku itu
meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Peningkatan perilaku kognitif
di sini, tidak hanya terbatas makin meningkatnya pengetahuan sosial, melainkan
meliputi pula nalar sosial dan kemampuan mencari alternatif-alternatif pemecahan
masalah sosial. Oleh karena itu, materi yang dibahas pada pendidikan IPS ini,
jangan hanya terbatas pada kenyataan, fakta dan data sosial, melainkan juga
mengangkat masalah sosial yang terjadi sehari-hari.
2. Nilai praktis
Kita sepakat bahwa pelajaran
dan pendidikan apa pun, nilainya tidak berarti, apabila tidak dapat diterapkan
secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Dengan perkataan lain, pelajaran
dan pendidikan tidak memiliki makna yang baik, jika tidak memiliki nilai praktis.
Oleh karena itu, pokok bahasan IPS itu, jangan hanya tentang pengetahuan yang
konseptual-teoretis belaka, melainkan digali dari kehidupan sehari-hari, mulai
dari di lingkungan keluarga, pasar, jalan, tempat bermain dan seterusnya. Dalam
hal ini, nilai praktis itu disesuaikan dengan tingkat umum dan kegiatan peserta
didik sehari-hari.
3. Nilai Teoretis
Membina peserta didik hari
ini pada proses perjalanannya diarahkan menjadi SDM untuk hari
esok. Oleh karena itu, pendidikan IPS tidak hanya menyajikan dan
membahas kenyataan, fakta, dan data yang terlepas-lepas, melainkan
lebih jauh dari pada itu menelaah keterkaitan suatu aspek kehidupan sosial
dengan yang lainnya. Peserta didik dibina dan dikembangkan kemampuan nalarnya
ke arah dorongan mengetahui sendiri kenyataan (sense of reality) dan
dorongan menggali sendiri di lapangan (sense of discovery). Kemampuan
menyelidiki dan meneliti dengan mengajukan berbagai pernyataan (sense of inquiry)
mereka dibina serta dikembangkan. Dengan demikian, kemampuan mereka rnengajukan
“hipotesis” dan dugaan-dugaan terhadap suatu persoalan, juga berkembang. Dengan
perkataan lain, kemampuan mereka “berteori” dalam pendidikan IPS, harus dibina
dan dikembangkan dalam menghadapi kehidupan sosial yang berkembang dan berubah.
4. Nilai filsafat
Pembahasan ruang lingkup IPS
secara bertahap dan keseluruhan sesuai dengan perkembangan kemampuan peserta
didik, dapat mengembangkan kesadaran mereka selaku anggota masyarakat atau
sebagai makhluk sosial. Melalui proses yang demikian, peserta didik
dikembangkan kesadaran dan penghayatannya terhadap keberadaannya di
tengah-tengah masyarakat, bahkan juga di tengah-tengah alam raya ini. Dari
kesadarannya terhadap keberadaan tadi, mereka disadarkan pula tentang
peranannya masing-masing terhadap masyarakat, bahkan terhadap alam lingkungan
secara keseluruhan. Dengan perkataan lain, kemampuan mereka merenungkan
keberadaan dan peranannya di masyarakat ini, makin dikembangkan. Atas kemampuan
mereka berfilsafat, tidak luput dari jangkauan pendidikan IPS. Dengan demikian,
nilai filsafat yang demikian berfaedah dalam kehidupan bermasyarakat, tidak
luput dari perhatian pendidikan IPS ini.
5. Nilai Ketuhanan
Kenikmatan dari Tuhan Yang
Maha Kuasa berupa akal pikiran yang berkembang dan dapat
dikembangkan yang telah membawa manusia sendiri maupun memenuhi segala
kebutuhannya dari sumber daya yang telah disediakan oleh-Nya. Kenikmatan kita
sebagai manusia mampu menguasai IPTEK, menjadi landasan kita mendekatkan diri
dan meningkatkan IMTAK kepada-Nya. Kekaguman kita manusia kepada segala
ciptaan-Nya, baik berupa fenomena fisikal-alamiah maupun berupa fenomena
kehidupan, merupakan nilai ketuhanan yang strategis sebagai bangsa yang
ber-Pancasila. Pendidikan IPS dengan ruang lingkup dan aspek kehidupan sosial
yang begitu luas cakupannya, menjadi landasan kuat penanaman dan pengembangan
nilai Ketuhanan yang menjadi kunci kebahagiaan kita manusia lahir-batin. Nilai
Ketuhanan ini menjadi landasan moral SDM setiap hari, terutama untuk masa yang
akan datang.
Hal ini wajib menjadi perhatian
bahwa materi dan proses pembelajaran apa pun pada pendidikan IPS, wajib
berlandaskan nilai Ketuhanan. objek materialnya, meliputi aspek-aspek hubungan
sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, geografi, dan politik. Bobot luas
dan kedalaman materi aspek-aspek tadi, secara bertahap disesuaikan dengan
perkembangan dan tingkat kemampuan peserta didik. Ragam pembelajarannya juga
disesuaikan dengan apa yang terjadi dalam kehidupan.
Secara formal, proses
mengajar dan membelajarkan itu terjadi di sekolah, baik di dalam kelas maupun
di luar kelas. Namun sesuai dengan kenyataan, peserta didik itu dibelajarkan
dalam kehidupan yang sesungguhnya, baik di lingkungan keluarga, di jalan, di
pasar, di tempat pembelajaran, dan tempat-tempat keramaian lainnya. Interaksi
edukatif antara Anda selaku guru dengan peserta didik, tidak hanya sepihak
dalam bentuk “ceramah” saja, melainkan dikembangkan melalui metode lain,
seperti tanya-jawab, diskusi, tugas, karyawisata, sosiodrama, dan bermain
peran.
Pendekatan dan metode
tersebut dilaksanakan secara bervariasi serta terpadu. Pelaksanaan metode
pembelajaran di luar sekolah, dilaksanakan melalui karyawisata, dan terutama
tugas. Banyak hal yang tidak dapat dilaksanakan di dalam kelas atau umumnya di
sekolah, dapat Anda penuhi dengan memberikan tugas kepada peserta didik. Tugas
ini juga kaya akan berbagai ragam kegiatan, melakukan komunikasi (tanya-jawab,
wawancara, diskusi) dengan sumber data atau narasumber, orang tua, dan
orang-orang tertentu yang dapat memberikan informasi tentang materi atau pokok
bahasan IPS yang sedang menjadi garapan. Tugas itu juga dapat dalam bentuk
membaca (buku, surat kabar, majalah), mengumpulkan artikel dari surat kabar, mengumpulkan
gambar, mendengarkan berita radio, menonton TV, dan seterusnya. Informasi
mengenai kehidupan social nyata sehari-hari, menjadi materi utama.
Komentar
Posting Komentar