Langsung ke konten utama

LINGKUNGAN PENDIDIKAN

 
 LINGKUNGAN PENDIDIKAN

A. Pengertian Lingkungan Pendidikan
Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakungya, yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Lingkungan dibedakan menjadi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati, lingkungan buatan, dan lingkungan sosial.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya di masyarakat.
Jadi, lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan pendidikan sebagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian dari lingkungan fisik dan juga lingkungan sosial.
B. Jenis Lingkungan Pendidikan
Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap, hidup di dalam lingkungan masyarakat tertentu tempat ia memperoleh pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara, lingkungan tersebut meliputi tripusat pendidikan,   tripusat pendidikan adalah sebagai berikut:
1.                  Keluarga
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan sedarah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) ataupun keluarga yang diperluas (adik/ipar,kakek/nenek,pembantu), pada umumnya jenis keduanya yang banyak di temui di Indonesia (Tirtaraharja, 2005:168). Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan individual maupun pendidikan sosial.
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialamai oleh anak, serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati. Orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Pendidikan keluarga berfungsi :
1.                   Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
2.                   Menjamin kehidupan emosional anak
3.                   Menanamkan dasar pendidikan moral
4.                   Memberikan dasar pendidikan sosial.
5.                   Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.
Pendidikan keluarga dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pendidikan prenatal (pendidikan dalam kandungan) dan pendidikan postnatal (pendidikan setelah lahir).
Pendidikan prenatal (pendidikan dalam kandungan) diyakini merupakan pendidikan untuk pembentukan potensi yang akan dikembangkan dalam proses pendidikan selanjutnya. Wujud praktek pendidikan prenatal cenderung dipengaruhi oleh praktik – praktik budaya seperti doa untuk si janin. Sedangkan, pendidikan postnatal ( pendidikan setelah lahir) yaitu pendidikan yang diberikan kepada si anak setelah lahir dengan hal – hal yang akan bermanfaat dan berguna dalam hidupnya. Wujud praktek pendidikan postnatal yaitu cenderung pada pendidikan karakter dan perilaku dari individu tersebut.
Dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan anaknya yang pertama meliputi motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua dengan anak. Cinta kasih ini akan mendorong sikap dan tindakan untuk menerima tanggung jawab dan mengabdikan hidupnya untuk sang anak. Yang kedua yaitu motivasi kewajiban moral orangtua terhadap anak. Tanggung jawab moral ini meliputi nilai – nilai religious spiritual untuk memelihara martabat dan kehormatan keluarga. Serta tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga yang pada gilirannya juga akan menjadi bagian dari masyarakat.   
2.                  Sekolah
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu anak dimasukkan ke sekolah.
Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peran sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakatnya itu (Tirtaraharja, 2005:173). Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya.
Karena itu, sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan, diantaranya sebagai berikut;
1.                  Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan  yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.
2.                  Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.
3.                  Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar, serta ilmu-ilmu lain yang sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
4.                  Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membedakan mana yang benar dan yang salah,
Suatu alternatif yang mungkin dilakukan sesuai situasi dan kondisi sekolah antara lain :
1.                  Pengajaran yang mendidik
2.                  Peningkatan dan pemantapan pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah
3.                  Pengembangan perpustakaan sekolah menjadi suatu pusat/sumber belajar
4.                  Peningkatan dan pemantapan program pengelolaan sekolah
.
Demikianlah alternative yang dapat yang dapat dilakukan untuk meningkatkan fungsi sekolah sebagai bagian dari tripusat pendidikan. Alternative itu tentulah seiring dengan peningkatan mutu masukan instrumental dari sekolah,seperti kurikulum,dan tenaga kependidikan (Tirtaraharja, 2005:178)
Dengan kata lain, sekolah sebagai pusat pendidikan adalah sekolah yang mencerminkan masyarakat yang maju karena pemanfaatan secara optimal ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi tetap berpijak pada ciri ke Indonesiaan. Dengan demikian, pendidikan di sekolah  secara seimbang dan serasi bisa mencakup aspek kebudayaan, penguasaan pengetahuan, dan pemilik keterampilan peserta didik. Selain itu, sekolah juga telah mencapai posisi yang sangat sentral dalam upaya  mendidik manusia. Sekarang sekolah tidak lagi berfungsi sebagai pelengkap pendidikan kelurga, tetapi merupakan kebutuhan. Hal itu disebabkan karena pendidikan berimbas pada pola pikir ekonomi, yaitu efektivitas dan efisiensi yang merupakan ideologi dalam pendidikan.
Dasar tanggung jawab sekolah akan pendidikan meliputi tanggung jawab formal kelembagaan (sesuai ketentuan dan perundangan pendidikan yang berlaku), tanggung jawab keilmuan (isi, tujuan dan jenjang pendidikan yang dipercayakan padanya oleh masyarakat dan pemerintah), tanggung jawab fungsional (tanggung jawab profesi berdasarkan ketentuan jabatannya).
Terdapat empat macam pengaruh pendidikan sekolah terhadap perkembangan masyarakat, yaitu:
1.      Mencerdaskan kehidupan masyarakat
2.      Membawa pengaruh pembaharuan bagi perkembangan  masyarakat
3.      Mencetak warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja di lingkungan masyarakat
4.      Melahirkan sikap-sikap positif dan konstruktif bagi warga masyarakat,  sehingga tercipta integrasi sosial yang harmonis ditengah-tengah masyarakat
3.                  Masyarakat
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah di mulai ketika anak-anak lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertian-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga sisi, yaitu :
1.                  Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan
2.                  Lembaga-lembaga kemasyarakatan atau kelompok sosial dimasyarakat
3.                  Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar baik yang dirancang (by desing), maupun yang dimanfaatkan (utility).
Dari tiga hal tersebut,poin yang kedua dan ketigalah yang utama dalam kaitannya dengan dunia pendidikan. Meskipun ketiganya dapat dibedakan, akan tetapi sulit untuk dipisahkan.
Untuk Indonesia, perkembangan masyarakat itu paling bervariasi,sehingga wujud sosial kebudayaan di Indonesia saat ini menurut koentjaraningrat (dari Wayan Ardhana, 1986: Modul 1/71-72 dalam Tirtaraharja) paling sedikit dapat dibedakan menjadi enam tipe sosial-budaya sebagai berikut :
1.                  Tipe masyarakat berdasarkan sistem berkebun yang amat sederhana
2.            Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di ladang atau sawah dengan tanaman pokok padi
3.                  Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di ladang atau sawah
4.                  Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di sawah dengan tanaman pokok padi
5.                  Tipe masyarakat perkotaan
Selain tipe masyarakat di atas, yang dapat mempengaruhi karakteristik seseorang, terdapat juga lembaga kemasyarakatan kelompok sebaya dan atau kelompok sosial seperti remaja masjid, pramuka,dan organisasi pemuda. Yang mempunyai fungsi kelompok teman sebaya terhadap anggotanya antara lain :
1.                  Mengajar berhubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain
2.                  Memperkenalkan kehidupan masyarakat yang lebih luas
3.                  Menguatkan sebagian dari nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat orang dewasa
4.                  Memberikan kepada anggota-anggotanya cara-cara untuk membebaskan diri dari pengaruh kekuatan otoritas
5.                  Memberikan pengalaman untuk mengadakan hubungan yang didasarkan pada prinsip persamaan hak
6.                  Memberikan pengetahuan yang tidak bisa diberikan oleh keluarga secara memuaskan (pengetahuan mengenai cita rasa berpakaian, musik, dan jenis tingkah laku tertentu)
7.                  Memperluas cakrawala pengalaman anak, sehingga ia menjadi orang yang lebih kompleks.
Meskipun organisasi-organisasi tersebut memiliki kesamaan dalam prinsip dasarnya, akan tetapi memiliki latar yang berbeda baik dari segi jenis kegiatan dan juga aspek-aspek lainnya.
Dengan demikian organisasi tersebut menyediakan program pendidikan bagi anak-anaknya, yakni :
1.                  Mengajarkan keyakinan serta praktik-praktik keagamaan dengan cara memberikan pengalaman-pengalaman yang menyenangkan bagi mereka
2.                  Mengajarkan bagi mereka tingkah laku dan prinsip-prinsip moral yang sesuai dengan keyakinan-keyakinan agamanya
3.                  Memberikan model-model bagi perkembangan watak (Wayan Ardhana, 1986: Modul 5/18 dalam Tirtaraharja).
Selanjutnya, manusia dalam bekerja dan hidup sehari-hari akan selalu berupaya memperoleh manfaat dari pengalaman hidupnya itu untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata lain, manusia berusaha mendidik dirinya sendiri dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia di masyarakatnya dalam bekerja, bergaul, dan sebagainya. Ada 5 pranata sosial (social institutions) yang terdapat di dalam lingkungan social atau masyarakat yaitu :
1.                  Pranata pendidikan, bertugas dalam upaya sosialisasi
2.                  Pranata ekonomi, bertugas mengatur upaya pemenuhan kemakmuran
3.                  Pranata politik, bertugas menciptakan integritas dan stabilitas masyarakat
4.                  Pranata teknologi, bertugas menciptakan teknik untuk mempermudah manusia
5.                  Pranata moral dan etika, bertugas mengurusi nilai dan penyikapan dalam pergaulan   masyarakat
Akhir – akhir ini sekolah dinilai terjadi kesenjangan dengan masyarakatnya. Sekolah dianggap cenderung arogan terhadap masyarakatnya, sedangkan masyarakat kurang peduli terhadap sekolah. Dalam banyak hal sekolah dinilai telah tertinggal dari masyarakatnya dan kini banyak sekolah yang belajar dari masyarakat. Hal ini karena berbagai inovasi seperti dalam hal teknologi terlebih dahulu terjadi di masyarakat daripada sekolah. Dan hal ini tentu sangat wajar karena sekolah hanya salah satu pranata yang ada dalam masyarakat  diantara empat pranata yang lain. Selain itu, masyarakatlah yang memiliki berbagai sumber daya yang memungkinkan untuk mengembangkan berbagai inovasi.
  
C.      Fungsi Lingkungan Pendidikan
Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni:
1.                  pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya
2.                  pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan
3.                  pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Terdapat hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain.
Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan sifat manusia. Lingkungan sekolah sebagai bekal keterampilan dan ilmu pengetahuan, sedangkan lingkungan masyarakat merupakan tempat praktek dari bekal yang diperoleh di keluarga dan sekolah sekaligus sebagai tempat pengembangan kemampuan diri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONSEP DASAR GEOGRAFI, SEJARAH, ANTROPOLOGI DAN SOSIOLOGI

KONSEP DASAR GEOGRAFI, SEJARAH, ANTROPOLOGI DAN SOSIOLOGI A.  Pengertian Ilmu Sosial Pada dasarnya cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari dua cabang utama yakni filsafat alam yang kemudian menjadi dasar ilmu-ilmu alam atau the natural sciences dan filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam cabang ilmu-ilmu sosial atau the social sciences . Norman MacKenzie(1996, dalam Sapriya), merumuskan disiplin ilmu sosial sebagai “ all the academic diciplines which deal with men in their social context ”, artinya semua disiplin akademik yang berkaitan dengan manusia dalam konteks sosial. Somantri (2001, dalam Sapriya) mengidentifikasi sejumlah karakteristik dari ilmu-ilmu sosial sebagai berikut. 1.          Berbagai batang tubuh ( body knowledge ) disiplin ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan secara sistematis dan ilmiah. 2.          Batang tubuh disiplin itu berisikan sejumlah teori dan generalisasi yang handal dan kuat serta dapat diuju tingkat kebenarannya. 3.        

NILAI DAN SIKAP DALAM IPS

NILAI DAN SIKAP DALAM IPS A.       Pengertian Nilai d an Sikap 1.     Nilai Nilai adalah keyakinan, kepercayaan, norma atau kepatuhan-kepatuhan yang dianut oleh seseorang ataupun kelompok masyarakat tentang sesuatu (Kosasih Djauhari, 1980:5). Sedangkan menurut Fraenkel (Husein Achmad, 1981:87) nilai menggambarkan suatu penghargaaan atau semangat yang diberikan seseorang atas pengalaman- pengalamannya. Selanjutnya, ia mengatakan nilai itu merupakan standar tingkah laku, keindahan, efisiensi, atau penghargaan yang telah disetujui seseorang, dimana seseorang berusaha hidup dengan nilai tersebut serta bersedia mempertahankannya. Selanjutnya, Koentjaraningrat (1974), mengemukakan bahwa suatu system nilai-budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga masyarakat. Nilai bersifat abstrak. Oleh karena itu, yang dapat dikaji hanya indikator-indikatornya saja yang meliputi cita-cita, tujuan yang dianut seseorang, aspirasi yang dinyatakan, si

KONSEP DASAR PSIKOLOGI SOSIAL, EKONOMI, POLITIK, DAN KETERPADUAN ILMU-ILMU SOSIAL DALAM PEMECAHAN MASALAH

KONSEP DASAR PSIKOLOGI SOSIAL, EKONOMI, POLITIK, DAN KETERPADUAN ILMU-ILMU SOSIAL DALAM PEMECAHAN MASALAH A.       Konsep Dasar Ilmu-ilmu Sosial (Psikologi Sosial) Psikologi sosial adalah bagai badri salah satu bidang ilmu sosial, menurut  Harold A. Phelps (Fairchild, H.P., dkk.: 1982:290) “Psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang proses mental manusia sebagai makhluk sosial”. Dengan demikian, objek yang dipelajari oleh psikologi sosial itu seperti telah dikemukakan tadi, meliputi perilaku manusia dalam konteks sosial yang terungkap pada perhatian, minat, kemauan, sikap mental, reaksi emosional, harga diri, kecerdasan, penghayatan, kesadaran, dan demikian seterusnya.  Mengenai psikologi sosial ini selanjutnya, secara singkat Krech, Crutfield dan Ballachey  (1982:5) mengemukakan “Psikologi sosial dapat didefinisikan sebagai  ilmu tentang peristiwa perilaku antar personal”. Dari pernyataan dan kenyataan yang dapat kita amati, antara psikologi sosial dengan sosiologi,